Diterbitkan: 13 Desember 2023
Kontributor: Alexandra Jonker
Sourcing adalah proses mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih pemasok untuk menyediakan barang dan jasa. Saat diterapkan secara taktis dan strategis, aktivitas sourcing dapat secara signifikan memengaruhi biaya, kualitas, dan ketersediaan barang dan jasa organisasi.
Sourcing adalah salah satu langkah pertama manajemen rantai pasokan, penanganan seluruh aliran produksi barang atau jasa. Organisasi menggunakan proses sourcing untuk menciptakan jaringan pemasok mereka (“tautan” dalam rantai) yang memindahkan produk.
Sering digunakan secara bergantian dengan "pengadaan (procurement)", pengadaan (sourcing) adalah proses rantai pasokan yang berbeda dalam departemen procurement. Para profesional procurement menangani seluruh proses pengadaan barang dan jasa dari sumber eksternal. Mencakup aktivitas seperti identifikasi kebutuhan, negosiasi kontrak, penerbitan pesanan pembelian, permintaan pembelian, dan manajemen kinerja.
Untuk lebih memahami perbedaan utamanya, pertimbangkan pengadaan (sourcing) sebagai "siapa" (pemasok itu sendiri) yang membangun rantai pasokan dan pengadaan (procurement) sebagai "apa" (barang dan jasa) dalam rantai pasokan. Karena keterkaitan keduanya, strategi sourcing dan procurement biasanya memiliki tujuan dan metrik yang sama.
Ada lebih dari selusin jenis sourcing menurut beberapa otoritas rantai pasokan, tetapi yang paling umum adalah:
Outsourcing adalah menggunakan pemasok pihak ketiga dalam negeri atau luar negeri untuk melakukan suatu aktivitas atau menyediakan barang atau jasa yang biasanya disediakan sendiri.
Insourcing memanfaatkan sumber daya internal untuk melakukan aktivitas rantai pasokan. Strategi ini sering kali menjadi strategi pengurangan biaya dan merupakan kebalikan dari outsourcing.
Near-sourcing, juga disebut nearshoring, melibatkan pemindahan aktivitas sourcing lebih dekat ke tempat barang atau jasa dijual. Membantu memotong biaya transportasi dan waktu tunggu pengiriman.
Single sourcing adalah hanya memilih satu pemasok untuk semua bahan, barang, dan jasa. Strategi ini dapat menciptakan eksklusivitas produk dengan bahan yang unik dan mengurangi waktu yang dihabiskan untuk negosiasi kontrak dan pemilihan pemasok.
Global sourcing adalah pengadaan barang atau jasa dari pemasok di pasar internasional. Stratefi ini memberi bisnis akses ke sumber daya berbiaya rendah serta keterampilan yang kemungkinan tidak tersedia di geografi mereka.
Join venture adalah kemitraan antara satu organisasi lain atau lebih untuk berbagi sumber daya dan kekuatan. Strategi ini dapat meningkatkan daya tawar dengan pemasok serta membatasi risiko rantai pasokan.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, sourcing adalah proses transaksional yang mencari nilai terbaik, yang sering kali disediakan oleh pemasok yang menawarkan barang dan jasa dengan harga terendah. Di sisi lain, sourcing strategis mempertimbangkan kebutuhan dan tujuan jangka panjang perusahaan ketika mengevaluasi pemasok potensial. Bahkan, sering kali dalam sourcing strategis, organisasi akan memanfaatkan data dari aktivitas procurement untuk mengembangkan strategi sourcing yang mencerminkan gambaran besar.
Dengan pola pikir sourcing strategis, pemasok dengan harga terendah mungkin tidak selalu menjadi pilihan terbaik. Sebaliknya, tim sourcing mungkin juga mempertimbangkan faktor seperti kualitas, reputasi, dan layanan. Mereka juga dapat memperhitungkan bagaimana kemitraan jangka panjang dengan pemasok pilihan dapat memperkuat dan merampingkan rantai pasokan secara keseluruhan, memajukan ambisi keberlanjutan dan memaksimalkan penghematan biaya.
Sourcing taktis sama seperti sourcing strategis; namun, sourcing taktis berfokus pada tujuan jangka pendek dan kebutuhan yang tidak terlalu rumit dan mendesak, bukan pada tujuan jangka panjang. Sourcing strategis adalah proses berkelanjutan yang melibatkan evaluasi dan penyesuaian aktivitas sourcing secara terus-menerus. Misalnya, memilih pemasok untuk persediaan pembersih selama musim flu adalah sourcing taktis, sedangkan memilih pemasok untuk komponen penting dari lini produk inti adalah sourcing strategis.
IBM Supply Chain Control Tower
IBM Sterling Transparent Supply
IBM MRO Inventory Optimization
Sourcing strategis membantu organisasi mendapatkan keunggulan kompetitif: menyediakan pelanggan dengan produk dan layanan berkualitas tinggi dengan harga terbaik.
Dengan meluangkan waktu untuk memilih pemasok secara bijaksana dan strategis, perusahaan sering kali dapat menegosiasikan kontrak jangka panjang dengan harga dan ketentuan pembayaran yang lebih menguntungkan, seperti harga massal dan pengurangan biaya. Harga produk atau layanan yang lebih rendah berarti harga yang lebih rendah bagi pelanggan, yang membuat bisnis tetap kompetitif.
Melakukan sourcing dari pemasok terbaik yang telah diteliti secara menyeluruh dapat menghasilkan barang dan jasa yang lebih berkualitas. Bahan baku yang lebih baik akan menghasilkan produk yang unggul dan bernilai tinggi yang bekerja dengan baik dan bertahan lebih lama. Hal ini dapat membantu organisasi memenuhi harapan pelanggan, menginspirasi loyalitas, dan meningkatkan reputasi merek.
Ketergantungan yang seimbang pada ekosistem pemasok berkualitas yang luas akan mengurangi risiko. Dengan portofolio pemasok yang terdiversifikasi, perusahaan dapat menghindari penundaan, pembatalan, dan fluktuasi harga akibat gangguan rantai pasokan, yang disebabkan oleh apa pun, mulai dari kerusuhan politik hingga peristiwa cuaca buruk.
Organisasi dapat sepenuhnya memeriksa setiap pemasok untuk memastikan praktik keberlanjutan mereka selaras dengan praktik mereka sendiri. Membantu memajukan tujuan keberlanjutan bisnis sendiri dan mengurangi dampak lingkungan secara keseluruhan dari rantai pasokan.
Sourcing yang bertanggung jawab mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari semua aktivitas sourcing dan pemasok. Hal ini merupakan inti dari konsep "triple bottom line" yang menunjukkan bahwa hasil bisnis tidak dapat diukur hanya dengan keuntungan finansial. Sebaliknya, mereka juga harus mempertimbangkan kesejahteraan manusia dan planet. Organisasi yang mempraktikkan sourcing yang bertanggung jawab memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi dalam seluruh siklus proses produk, mulai dari emisi karbon hingga hak pekerja. Tujuan dari sourcing yang bertanggung jawab adalah untuk mengurangi potensi bahaya dan meningkatkan dampak positif.
Praktik bisnis berkelanjutan sangat penting bagi pelanggan dan investor saat ini. Separuh konsumen bersedia membayar lebih untuk produk atau merek yang ramah lingkungan. Dan konsumen yang berorientasi pada tujuan, yang memilih produk dan merek berdasarkan kesesuaiannya dengan nilai-nilai mereka, kini mewakili segmen pasar terbesar (44%). Sertifikasi keberlanjutan pihak ketiga seperti status B Corp atau Besertifikasi Rainforest Alliance sering digunakan sebagai indikator sumber yang bertanggung jawab bagi pelanggan.
Strategi rantai pasokan semakin mencerminkan keinginan untuk keberlanjutan ini: menurut studi tahun 2022, 52% dari chief supply chain officer (CSCO) lebih agresif menuju ke arah netral karbon.1 Sourcing yang bertanggung jawab dapat dianggap sebagai langkah mendasar dalam mencapai tujuan ini.
Sourcing yang bertanggung jawab juga penting untuk mengikuti undang-undang baru dan yang sudah ada yang menuntut transparansi seputar dampak dari upaya dan inisiatif lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) organisasi. Misalnya, Petunjuk Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan (Corporate Sustainability Reporting Directive/CSRD ) Uni Eropa (UE) akan mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan proses uji tuntas mereka untuk mengidentifikasi dan memitigasi dampak sosial dan lingkungan dalam rantai nilai dan rantai pasokan mereka.
Cara organisasi membangun strategi sourcing bervariasi berdasarkan ukuran perusahaan, tujuan bisnis, dan industri. Namun, kelima langkah ini sering ditemukan dalam strategi sourcing yang efektif:
1. Penetapan tujuan. Langkah pertama yang umumdilakukan adalah mengidentifikasi tujuan dan KPI tertentu. Sasaran ini dapat mencakup pemotongan biaya, peningkatan kualitas produk, atau pengelolaan risiko pemasok yang lebih baik.
2. Menganalisis aktivitas sourcing saat ini. Selanjutnya, tim procurement dapat memilih untuk melihat sumber historis dan data proses bisnis untuk mengidentifikasi area untuk perbaikan, melihat lebih dekat kinerja pemasok atau melihat tempat pemotongan pengeluaran yang tidak efisien.
3. Menilai pasar. Riset pasar dan data pesaing sangat penting untuk membuat keputusan sourcing strategis. Informasi yang berkaitan dengan kebiasaan konsumen, tren industri dan praktik terbaik, serta faktor ekonomi dan geopolitik dapat membantu bisnis memahami posisi mereka di pasar.
4. Pemeriksaan dan pemilihan pemasok. Menetapkan proses untuk mengevaluasi dan memilih pemasok merupakan langkah penting. Pertimbangkan kualitas pemasok, keandalan keuangan, keselarasan nilai dan budaya, serta potensi kemitraan jangka panjang. Tim dapat menggunakan kombinasi wawancara pemasok, RFP (permintaan proposal), RFQ (permintaan penawaran), kartu penilaian, dan lainnya untuk membantu pemilihan.
5. Evaluasi kinerja pemasok yang sedang berlangsung. Rencana sourcing yang baik dan strategis tidak berakhir pada penandatanganan kontrak. Pastikan kesuksesan jangka panjang dengan analisis kinerja berkelanjutan melalui audit rutin, pemantauan KPI, manajemen hubungan pemasok, dan pengumpulan umpan balik. Kemudian, sesuaikan sesuai kebutuhan untuk menyelaraskan dengan tujuan yang ditetapkan pada langkah satu.
Ketika rantai pasokan menjadi lebih rumit, organisasi dapat memilih untuk mengintegrasikan teknologi pintar seperti kecerdasan buatan (AI), otomatisasi, analitik data, dan blockchain ke dalam proses procurement, perangkat lunak procurement, dan alur kerja. Langkah ini dapat memberikan beberapa manfaat, termasuk: pengurangan biaya operasional; efisiensi yang dimungkinkan oleh otomatisasi di seluruh aktivitas sourcing (seperti manajemen kontrak yang lebih baik, percepatan proses penerimaan pemasok, serta analisis harga dan pengeluaran); sourcing yang lebih bertanggung jawab, dan peningkatan keberlanjutan di seluruh rantai pasokan.
Misalnya, platform blockchain dapat membantu meyakinkan pembeli bahwa setiap bahan baku yang digunakan untuk produk baru diproduksi secara bertanggung jawab. Selain itu, alur kerja yang cerdas dapat menghasilkan pembayaran lebih awal kepada pemasok, yang meningkatkan modal kerja dan arus kas.
Pelajari bagaimana Farmer Connect dan IBM® Food Trust menghubungkan petani kopi dan konsumen dengan blockchain.
Industri barang konsumsi menghadapi sejumlah kendala terkait rantai pasokan globalnya yang dapat dibantu oleh visibilitas.
Temukan bagaimana perusahaan visioner menggunakan blockchain untuk mengatasi masalah paling menantang yang dihadapi bisnis, industri, dan bahkan dunia.
Manajemen rantai pasokan adalah penanganan seluruh aliran produksi suatu barang atau jasa—dari komponen mentah hingga pengiriman produk akhir.
Triple Bottom Line (TBL) adalah kerangka kerja keberlanjutan yang berfokus pada tiga P: people (manusia), planet, dan profit.
Keberlanjutan dalam bisnis mengacu pada strategi dan tindakan perusahaan untuk menghilangkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan yang disebabkan oleh operasi bisnis.
1 Studi IBV 2022 CSCO, data tidak dipublikasikan