CEO OpenAI Sam Altman telah menyalakan kembali salah satu perdebatan favorit dunia teknologi: apakah kita akan segera melihat munculnya AI supercerdas atau tidak. Dalam sebuah postingan blog baru-baru ini, ia menulis bahwa sistem semacam itu, yang melampaui kemampuan kognitif manusia, dapat muncul dalam “beberapa ribu hari”, mengantarkan revolusi dalam kemajuan global.
Renungan Altman tentang sistem kecerdasan buatan yang sangat canggih telah memicu berbagai tanggapan dari para peneliti dan pengamat industri. Ketika kemampuan AI untuk mengungguli manusia di berbagai bidang menjadi topik hangat, komunitas teknologi mengajukan pertanyaan penting: Seberapa cepat perubahan ini bisa terjadi, dan apa artinya bagi manusia?
Provokatif dan spekulatif, postingan Altman berfungsi sebagai tes Rorschach untuk harapan dan kekhawatiran industri tentang perkembangan AI.
Meskipun tidak ada yang menyangkal bahwa AI berkembang dengan cepat, beberapa pengamat mengatakan kita masih jauh dari kecerdasan super (superintelligence).
“Ini benar-benar dilebih-lebihkan”, kata Brent Smolinski, VP dan Global Head of Technology and Data Strategy IBM. “Saya rasa kita bahkan tidak berada di kode pos yang tepat untuk sampai ke kecerdasan super.”
Meskipun ada berbagai kemajuan mengesankan di area tertentu, AI masih kekurangan elemen mendasar dari kecerdasan mirip manusia, menurut Smolinski. “Ada hal mendasar yang tidak kita miliki, yang dibutuhkan untuk mencapai kecerdasan super,” katanya.
Salah satu masalah utama adalah kesenjangan efisiensi antara manusia dan machine learning. Smolinski membandingkan proses pembelajaran AI dan manusia: “Untuk model bahasa besar ini, untuk mempelajari cara berdialog, Anda harus memberinya makan seluruh korpus internet untuk sampai ke titik di mana Anda dapat berinteraksi dengannya. Manusia [membutuhkan] sepotong kecil.”
AI juga masih jauh untuk mencapai sifat keserbabisaan yang ditunjukkan manusia ketika mempelajari beragam keterampilan, dari bahasa hingga tugas fisik seperti bermain golf atau mengendarai mobil. Keserbabisaan ini menunjukkan perbedaan mendasar antara kecerdasan manusia dan kemampuan AI saat ini.
Smolinski menguraikan beberapa elemen kecerdasan super sejati: kemampuan penalaran induktif dan deduktif, kreativitas, representasi pengetahuan melalui model mental, pembelajaran dan adaptasi secara real-time, dan kesadaran.
Di bidang AI, komputasi quantum mungkin mengatasi beberapa kendala komputasi, yang berpotensi “mendorong batas kemampuan AI”, kata Smolinski. Tetapi dampak quantum dalam mencapai kecerdasan super sejati masih belum pasti.
Masalah lain yang disoroti Smolinski adalah perlunya definisi kecerdasan super yang jelas dan disepakati. “Jika Anda ada di satu ruangan dengan enam ilmuwan komputer dan bertanya kepada mereka apa arti superintelligence, Anda akan mendapatkan 12 jawaban berbeda”, kata Smolinski.
Altman tidak sendirian dalam ramalannya tentang kecerdasan super. Roman V. Yampolskiy, Profesor Ilmu Komputer dan Teknik di University of Louisville, mengatakan bahwa kecerdasan umum buatan, yang sering digambarkan sebagai komputasi yang mirip dengan kecerdasan tingkat manusia, berkembang dengan cepat “dan segera setelahnya kecerdasan super akan terwujud dalam 3-4 tahun”.
Yampolskiy memperingatkan bahwa begitu kecerdasan buatan melampaui kecerdasan tingkat manusia, dapat menjadi hampir mustahil untuk mempertahankan kendali atas sistem semacam itu. AI supercerdas ini dapat beroperasi dengan cara yang pada dasarnya tidak dapat diprediksi dan di luar kemampuan kita untuk mengelola atau membatasinya. Kurangnya kontrol ini, dikombinasikan dengan kemungkinan bahwa sistem kecerdasan super mungkin tidak berbagi atau memprioritaskan nilai-nilai kemanusiaan, dapat menyebabkan skenario yang mengancam keberadaan umat manusia, kata peneliti.
“Sebagai perbandingan, semua kekhawatiran langsung seperti bias, pengangguran, deepfake, dan informasi yang salah adalah hal yang sepele jika dibandingkan dengan dampak negatif [ini]”, katanya.
Kesadaran adalah poin penting dalam diskusi kecerdasan super: apakah mesin kecerdasan super perlu memiliki kesadaran untuk mengungguli pemikiran kita? Menurut Smolinski, kecerdasan super sejati tidak hanya membutuhkan kekuatan komputasi, tetapi juga beberapa bentuk kesadaran atau kesadaran diri, fitur yang kurang dimiliki sistem AI saat ini.
Model AI saat ini unggul dalam kreativitas kombinasi, menggabungkan ide-ide yang ada dengan cara baru. Tetapi mereka membutuhkan bantuan dengan lompatan yang benar-benar transformatif. Smolinski berhipotesis bahwa jenis kreativitas transformatif ini mungkin terkait dengan kesadaran melalui cara-cara yang masih sedikit dipahami.
Oleh karena itu, Smolinski prihatin dengan ketakutan berlebihan seputar AI.
“Yang saya khawatirkan adalah bahwa jenis berita seperti ini menyebarkan rasa takut, yang mengarah pada hal-hal seperti, ‘Oh, kita harus meregulasi AI’, kata Smolinski. Meskipun regulasi penting, itu dapat melindungi pemain mapan tetapi menciptakan hambatan bagi pendatang baru, yang berpotensi menghambat kemajuan.
Smolinski menyampaikan pendapat terakhirnya, menekankan pentingnya mempertahankan perspektif yang seimbang tentang pengembangan AI: “AI adalah alat yang ampuh yang dapat membantu kita memecahkan masalah yang kompleks. Tetapi kita perlu mendekati perkembangannya dengan serius, memahami dengan jelas keterbatasan saat ini dan kemungkinan masa depan”.