Sejak awal abad ke-21, permintaan listrik tumbuh lebih cepat di Turki dibandingkan dengan negara maju lainnya. Untuk membantu memenuhi kebutuhan akan kapasitas listrik yang terus meningkat, Turki memprivatisasi sektor utilitas listriknya pada tahun 2013. CK Enerji muncul sebagai grup utilitas terbesar kedua di pasar energi yang baru saja diliberalisasi ini dan mengemban tanggung jawab untuk melayani lebih dari delapan juta pelanggan di tiga wilayah terbesar di Turki.
Setelah mewarisi infrastruktur dan karyawan dari mantan otoritas listrik nasional, CK Enerji menghadapi tantangan bisnis yang berat. Jaringan listrik yang sudah usang, proses yang sudah ketinggalan zaman, dan operasi yang tidak efisien membutuhkan modernisasi. Karyawan membutuhkan komputer desktop, laptop, tablet, dan ponsel pintar yang berfungsi dengan baik untuk membantu perusahaan baru ini beroperasi dalam lingkungan bisnis yang lebih kompetitif.
Ketika manajemen IT CK Enerji bergabung, mereka mengetahui bahwa dukungan teknis disediakan oleh tim internal yang tersebar di seluruh organisasi. Karyawan mengharapkan layanan pribadi dari personel dukungan IT yang ditempatkan bersama. Selain itu, IT menyediakan layanannya secara informal, tanpa dokumentasi. Karena tiket layanan tidak diterbitkan, tidak ada cara bagi manajemen IT untuk mendapatkan perspektif seluruh perusahaan tentang dari mana permintaan layanan berasal atau seberapa cepat permintaan tersebut diselesaikan.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa teknisi layanan internal tidak selalu memiliki pelatihan atau pengalaman yang memadai untuk menyelesaikan masalah dukungan IT. Dengan situasi ini, manajemen IT tidak dapat menetapkan standar di seluruh sistem untuk dukungan teknis dan jaminan kualitas.
Saat meninjau inventaris aset IT CK Enerji, manajemen menemukan kekurangan lain — Tidak ada sistem manajemen aset IT terpusat. Selain itu, tidak ada yang tahu perangkat IT mana yang diwarisi CK Enerji dari perusahaan utilitas publik.
"Kami ingin memusatkan dukungan IT, namun tidak mudah untuk mengubah budaya setelah privatisasi," ujar Serhan Özhan, Chief Information Officer CK Enerji. "Ide utamanya adalah melakukan standardisasi dan menambah visibilitas di area IT dan menjadikannya sebagai contoh bagi banyak proses bisnis lainnya."